Selasa, 23 Oktober 2012

Perahu Kertas (Quotations)

Bab 16, Salah Berharap.

Bahkan untuk menyalakan lampu saja, Kugy tak punya daya. Dalam gelap, ia berdiri mematung. Terlintas jelas di kepalanya sore hari di Galeri Warsita, saat Keenan dan ia sama-sama memandangi Wanda dari kejauhan, dan terdengar jelas di kupingnya waktu itu, apa yang diucapkan Keenan ... Kugy menggeleng, barangkali waktu itu ia salah menangkap, atau ia salah berharap ... melintas jelas di kepalanya siang hari di bawah pohon beringin dekat ladang cabe, saat Keenan berkata bahwa ia kehilangan dirinya, Kugy takkan lupa cara Keenan menatapnya ... Kugy pun menggeleng, barangkali waktu itu ia salah melihat, atau lagi-lagi salah berharap. Dan terlintaslah petang di pintu gerbang, saat ia mendapatkan dirinya dipeluk, degup jantung yang terasa berdenyut bersama ... Kugy pun menggeleng, barangkali waktu itu ia salah. Selama ini ia salah.

Terakhir, ingatannya berlabuh pada bisikan Keenan yang ia simpan, yang ia kenang hampir setiap malam. Tiga kata yang selalu menjadi penyejuk bagi hatinya. Bulan, perjalanan, kita. Kugy menggeleng lagi. Bulan yang sama ada di angkasa malam ini. Namun, rasanya lain sekali. Membayangkannya saja terasa begitu pedih di mata. Kugy mengusap matanya yang basah. Sekali. Dua kali. Dan berapa kali pun ia mengusap, air mata itu tak kunjung berhenti mengalir.

-Perahu Kertas, Dewi Lestari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar